
Sistem pendidikan kita saat ini dibangun dengan mengacu pada tujuan dari pada pendidikan bukan peserta didik. Tujuan, materi, serta metode pendidikan ditetapkan berdasarkan pada apa yang diinginkan dan dianggap perlu diketahui dan dipelajari oleh peserta didik secara seragam, tanpa memperdulikan keanekaragaman kebutuhan, minat, kemampuan, serta daya belajar tiap peserta didik. Setiap anak berbeda dan karena apa yang dipelajari oleh peserta didik tidak semuanya merupakan kebutuhan yang ingin dipelajari oleh peserta didik, materi menjadi sulit dicerna oleh sebagian besar peserta didik. Artikel kali ini menguraikan apa, mengapa dan bagaimana 4 pilar utama pendidikan yang menjadi basis dalam pengelolaan pendidikan.
Sementara itu, era globalisasi serta perkembangan teknologi informasi telah menimbulkan perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Batasan wilayah, bahasa dan budaya yang semakin tipis, serta akses informasi yang semakin mudah menyebabkan ilmu pengetahuan dan keahlian yang diperoleh seseorang menjadi cepat usang. Persaingan yang semakin tajam akibat globalisasi serta kondisi pererkonomian yang mengalami banyak kesulitan, terutama di Indonesia, membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif, memiliki jiwa enterpreneur serta kepemimpinan. Pendidikan yang menekankan hanya pada proses transfer ilmu pengetahuan tidak lagi relevan, karena hanya akan menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan masa lampau , tanpa dapat mengadaptasinya dengan kebutuhan masa kini dan masa depan.
Komisi internasional tentang Pendidikan Untuk Abad 21 dalam laporannya kepada UNESCO, menyebutkan bahwa dalam pengembangan pembelajaran sepanjang hayat harus berlandaskan pada 4 pilar yaitu Belajar Mengetahui (learning to know), Belajar Berbuat (learning to do), Belajar Hidup Bersama (learning to live together) dan Belajar menjadi seseorang (learning to be).
Belajar Mengetahui adalah memadukan antara kesempatan untuk memperoleh pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja pada sejumlah subjek yang lebih kecil secara lebih mendalam. Dalam pilar ini, kesempatan untuk mengembangkan sikap dan cara belajar untuk belajar (learning to learn) lebih penting daripada sekedar memperoleh informasi. Pesreta didik bukan hanya disiapkan untuk dapat menjawab permasalahan dalam jangka pendek, tetapi juga untuk mendorong mereka memahami mengembangkan rasa ingin tahu intelektual, merangsang pikiran kritis, serta mengembangkan kemampuan mengambil keputusan secara mandiri, agar dapat menjadi bekal sepanjang hidup. Belajar jenis ini dapat dilakukan melalui kesempatan-kesempatan berdiskusi, melakukan percobaan-percobaan di laboratorium, menghadiri pertemuan ilmiah, serta kegiatan ekstrakurikuler atau organisasi.
Belajar Berbuat, artinya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk tidak hanya memperoleh keteramlilan kerja tetapi juga memperoleh kompetensi untuk menghadapi berbagai situasi, bekerja dalam tim, berkomuniaksi serta menangani dan menyelesaikan masalah dan perselisihan. Termasuk didalam pengertian ini adalah kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam bersosialisasi maupun bekerja di luar kurikulum seperti magang kerja, aktivitas pengabdian masyarakat, berorganisasi , serta mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dalam konteks lokal maupun praktek kerja lapangan, kuliah kerja nyata, atau melakukan penelitian bersama.
Belajar Hidup Bersama, berarti mengembangkan pengertian atas diri orang lain dengan cara mengenali diri sendiri, menghargai kesaling-tergantungan, melaksanakan proyek bersama, dan belajar mengatasi konflik dengan semangat menghargai nilai pluralitas saling mengerti, dan perdamaian. Dalam belajar hidup bersama aspek seperti kesempatan untuk menjalin hubungan antara pendidik dengan peserta didik, dorongan dan penyediaan waktu yang cukup untuk memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan budaya, olahraga, serta organisasi sosial maupun profesi diluar sekolah, menjadi sangat penting.
Belajar menjadi seseorang, berarti mengembangkan kepribadian dan kemampuanuntuk bertindak secara mandiri, kritis, penuh pertimbangan, serta tanggung jawab. Dalam hal ini pendidikan tak dapat mengabaikan satu aspek pun dari potensi seseorang seperti ingatan, akal sehat, estetika, kemampuan fisik, maupun keterampilan berkomunikasi.
Sobat blogger kampus, telah banyak diakui bahwa sistem pendidikan formal saat ini cenderung untuk memberikan tekanan pada penguasaan ilmu pengetahuan saja yang akhirnya merusak bentuk belajar yang lain. Kini telah tiba saatnya untuk memikirkan bentuk pendidikan secara menyeluruh, yang dapat menggiring terjadinya perubahan-perubahan kebijakan pendidikan di masa akan datang, dalam kaitan dengan isi maupun metode.